Jumat, 02 Oktober 2009

JANGAN GULUNG SAJADAHMU

Di antara mesagges yg berjubel di inbox saya..iseng2 saya buka dgn acak yg berkaitan dgn Ramadhan...alhamdulillah Allah meringankan mata saya utk membaca 2 artikel ini dr grup yg berbeda...yg sentilannya bagai palu godam menghantam kepala ini (lebay..hehehe..emang pernah kena??)...semoga bermanfaat renungan ini!!!

“Jangan buru-buru kau gulung sajadahmu,
meski Ramadhan kan berlalu
karena ibadah tak kenal waktu”

Banyak cara menyentil hati. Seperti kata-kata diatas. Adalah sebuah petikan kalimat dari seorang desain grafis dari Jogjakarta bernama Budi Yuwono. Gambaran lengkapnya, dalam sebuah karya desain grafisnya, digambarkan sebuah sajadah yang digulung, lalu dituliskan petikan kata-kata itu. Sederhana, tapi sanggup membuat kita bercermin lagi tentang ibadah yang selama ini kita jalankan.

Seperti kenyataan yang ada, setiap bulan ramadhan masjid-masjid begitu ramai. Orang tua, remaja, anak-anak begitu riuh. Tah hanya saat menjelang buka puasa tiba. Orang-orang juga begitu bersemangat dalam menjalankan ibadah sholat taraweh bersama, mendengarkan kultum dengan semangat. Bahkan, di pagi haripun mereka berbondong-bondong menunaikan shalat subuh bersama di masjid. Pandangan yang, subhanallah.

Wajah demikian memang jarang, bahkan tak kita temukan di bulan selain ramadhan. Saat subuh tiba misalnya, masjid-masjid begitu sepi. Kalaupun ada yang sholat berjamaah bersama, tentu tak seramai di bulan ramadhan seperti sekarang ini. Namun, pemandangan selanjutnya, semakin mendekati lebaran, masjid masjid kembali seperti semula, menjadi sepi seperti biasanya.

Jangan Gulung Sajadahmu...

Apa yang engkau rasakan ketika membaca tiga kata itu? Saya kira, bagi mereka, khususnya seorang muslim yang taat, akan merasa tak enak hati, merasa begitu tersindir hatinya ketika menyadari bahwa kenyataannya, ibadah dan laku kebaikan yang dilakukan kian menyurut.

Memang tiga kata itu, “Jangan Gulung Sajadahmu” semacam kiasan. Agar, kita tak lekas menyudahi amal kebaikan dan kebajikan kita seperti yang kita kerjakan selama bulan ramadhan. Begitu juga, amalan-amalan yang kita kerjakan dengan sepenuh khusuk. Contoh kecil saja, mungkin di hari biasa kita malas untuk sholah berjamaah, di bulan ramadhan kita mendadak rajin sholat berjamaah. Akankah kebiasaan ini akan lekas kita tinggalkan?

Pesan kecil dari semua ini, jangan lekas kita sudahi kebiasaan baik ini. Biarkan sholat berjamaah menjadi kebiasaan bagi selama 11 bulan berikutnya. Begitu juga misalnya kebiasaan untuk berusaha sabar dan menahan amarah. Lihat saja, di bulan ramadhan, pengendara mobil maupun motor di ibukota lumayan sabar dan berhasil menahan amarah. Ketika mobil atau motornya diserempet orang, biasanya mereka akan maklum adanya. Oh, alangkah indahnya ketika hal demikian juga berlaku pada hari selain ramadhan.

Kini, lebaran sudah diujung mata. Tradisi khas orang Indonesia, mereka yang berada di perantauaan berbondong-bondong pulang ke kampung masing-masing. Saling bersilaturahmi, saling melepas rindu, saling berbagi cerita. Bersyukur mereka yang bisa menikmatinya, sebab banyak orang yang terpaksa menahan rindu, berteman kesepian. Tidak bisa pulang ke kampung karena berbagai hal. Uang yang tak cukup, pekerjaan yang masih menumpuk, tak kebagian tiket dsb.

Yang pasti, setelah kita disentil dengan sebaris kata karya seorang desainer grafis itu, membuat kita seharusnya malu diri. Sungguh, dia sebenarnya telah menjadi juru penyampai kebaikan, walau dengan satu “ayat” tapi sanggup membuat kita berkaca, membuat kita bercermin.

Bulan ramadhan sesungguhnya bulan penggemblengan. Hasilnya, tentu akan terlihat pada sebelas bulan berikutnya. Apakah kita akan lebih rajin beribadah? Apakah kita akan lebih giat lagi berderma? Apakah kita akan lebih peduli pada kaum yang kekurangan? Apakah kita akan lebih rajin lagi menabur kebaikan?


“Jangan Gulung Sajadahmu”...
(from:Grup Sukses Ramadhan???Siapa takuuut???

AHLAN WA SAHLAN ALUMNI RAMADHAN!!
Telah lahir pahlawan-pahlawan baru!
Lahirnya lebih menggemparkan dari bayi-bayi paus raksasa,
atau mobil-mobil high tech keluaran terbaru.

Setelah sebulan mereka menyepikan diri,
“bertapa” merengkuh kekuatan dari Penciptanya.
Maka kini mereka siap untuk turun ke bumi lagi.
Meneruskan pekerjaan yang sempat tertunda.
Merampungkan apa yang tengah dirintis dan segera diselesaikan.
Meneruskan perjuangan membawa obor kemenangan,
menuju garis finish kefutuhan.

Pahlawan itu turun dari langit kesucian,
membawa nurani yang berlimpah untuk hidup bersama dunia.
Pahlawan-pahlawan itu membawa kekuatan dan kewibawaan
untuk melanjutkan peperangan melawan kebathilan.

Lebih hebat dari Naruto yang mengeluarkan kekuatan nine tailsnya.
Lebih dahsyat dari Goku yang menjadi super saiyan 3.
Lebih nyata dari Avataar Aang yang mengusai 4 elemen bumi.

Kini jundi – jundi itu telah semakin kuat!
Tidak bisa diremehkan seperti dulu mereka diremehkan.
Tidak bisa lagi ditertawakan, seperti dulu mereka ditertawakan.
Ada idealisme yang menyala di mata mereka.
Ada panji yang senantiasa dijunjung dimanapun mereka berada.
Ada cahaya yang bersinar dari akhlak-akhlak mulia mereka.
Ada keteduhan dan kejernihan yang terpancar dari wajah mereka.
Ada amal dan jihad yang mengalir dari tangan-tangan mereka.
Ada harapan bergantung di atas pundak mereka.
Ada Al-Qur'an di dalam jiwa mereka.

Mereka memang bukan super hero.
Tetapi, mereka yang akan memperlihatkan pada kita
bahwa manusia yang paripurna itu memanglah ada.
Dan, setelah 30 hari inkubasi ramadhan menggodok segala sisi kekuatan sang pahlawan,
kini tibalah saatnya mereka menunjukkan taring-taringnya.

Ahlan wa Sahlan wahai Alumni Ramadhan!!!!

(FROM:GRUP AKTIVIS DA'WAH FACEBOOK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar