Senin, 27 Juli 2009

PAHLAWAN KESUNYIAN Part 2

Jadi superman? Siapa sih yang mau? Saya yakin tidak ada satu orang pun, sekuat apapun, yang mau jd superman. Walaupun dia bisa menangani segalanya, bisa bikin konsep, bisa mengerjakan ini itu, terjun ke lapangan, mengevaluasi, bahkan memperbaikinya...SENDIRI.
Sudah dari ‘sononya’,manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, bukan makhluk individual. Ada juga sih yang individual, tapi pada level-level tertentu pasti perlu orang lain, suatu saat.
Oleh karena itu, yang namanya amal jama’i selalu didahulukan daripada amal infiradii. Bagaimnapun kuatnya seseorang, pasti punya batas yang tidak mungkin ditembus seandainya dia sendirian.
Bukankah serigala akan menerkam seekor domba yang sendirian? Kalau domba bersama kawannya, sang serigala masih pikir-pikir untuk menerkam. Dengan amal jama’i kekuatan yang berserak akan berkumpul menjadi satu dan akhirnya akan melewati batas-batas kekuatan yang didapat bilahanya bergerak sendirian.
Namun, masalahnya memang jika benar-benar terbentur persoalan SDM alias tidak ada orang lagi...maksud hati sih memang amal jama’i. tetapi ketika tidak ada yang bisa diajak untuk beramal jama’i ...bagaimana?
Sobat, jika Anda saat ini sedang bergerak sendirian, carilah teman. Jika usaha untuk mencari teman ini sudah Anda lalui dan Anda belum mendapatkannya juga, yah...mau apa lagi. Jalani saja apa adanya. Terkadang, hal ini adalah dorongan bahkan anugerah bagi kita.

***
Ada sebuah kisah, ada seorang anak yang mengeluh karena sepatunya jelek dan kotor. Sepatu yang sudah sekian tahun dia pakai agaknya sudah waktunya diganti. Sayang, orang tuanya tidak punya uang untuk membeli sepatu baru tsb. Akhirnya, dengan perasaan kecewa, dia meninggalkan rumah dengan sepedanya. Di tengah jalan, saat sedang mengayun sepeda, tampaklah seseorang yang akan menyeberang jalan. Orang itu duduk di atas papan yang dilengkapi roda. Dengan menggunakan kedua tangannya, dia membawa papannya turun sambil menyangga tubuhnya. Dia tidak memiliki kedua kaki. Saat anak itu lewat, sambil tertegun memandangi sosoknya, orang itu tersenyum dan berkata riang, “Hai...selamat siang. Bagaimana kabarmu?”
Akhirnya, si anak menangis sambil berkata, “Tadi aku menangis karena sepatuku yang sudah jelek, tapi kini aku bertemu dengan orang yang tidak punya kaki...”
***
Jadi terima saja, apa adanya keadaan kita seandainya memang seperti itu. Tidak ada gunanya menyalahkan keadaan. Lagipula, bukankah banyak para pemimpin besar kerap pula menyendiri? Cobalah periksa perjalanan hidup mereka, kita akan mendapatkan Rasulullah sering menyendiri di Gua Hira sebelum beliau diangkat mjd Rasul dan tetap menyendiri dalam shalat malamnya ketika sudah diangkat menjadi Rasul.
Akhir kata, malulah pada sosok Abu Dzar yang walaupun sendirian mampu mengislamkan orang, bukan hanya satu kampung, melainkan dua kabilah sekaligus! Padahal apalah artinya kita dibandingkan dengannya.
Tetap istiqamah, sobat! Semoga Allah segera mengirimkan tentaraNya yang lain utk membantu Anda.

Ditulis oleh Dadang Kriswanto
Untuk para pahlwan
Yang bergerak dalam kesendirian
(dalam Buku “Biarkan Cinta Menyapa”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar